Muhammad Praisroqi Fakhrana
Interpersonal merupakan gabungan dari dua kata, yaitu “inter” yang berarti “antara” dan “personal” yang memiliki arti “orang/pribadi” . Dengan begitu secara harfiah pengertian komunikasi dapat diartikan sebagai komunikasi antarpribadi. Menurut Agus Hardjana, komunikasi interpersonal merupakan interaksi yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka, yang mana pengirirm pesan dapat menyampaikan pesan secara langsung, dan penerima pesan dapat langsung menerima juga memberikan umpan balik terhadap pesan tersebut. Begitu juga, menurut Deddy Mulyana, menyampaikan bahwa komunikasi interpersonal adalh komunikasi orang-orang secara langsung sehingga memungkinkan setiap orang terlibat menangkap reaksi dari pesan yang disampaikan, baik secara verbal maupun non-verbal.
Konsep Interpersonal dalam Bisnis
Untuk memahami komunikasi interpersonal dalam bisnis adalah dengan memahami konsep-konsep yang terlibat di dalamnya:
Dalam kajian komunikasi interpersonal, konsep diri merupakan salah satu unsur utama yang penting untuk dipahami. Kesuksesan sesorang dapat diukur dari cara pandanganya sendiri terhadap kemampuannya. Menurut Goss dan O’Hair, konsep diri merujuk pada pandangan yang dimiliki sesorang terhadap dirinya sendiri dan seberapa beraharga dirinya sebagai individu. Konsep diri dan harga diri dapat menentukan bagaimana perasaan seseorang dalam hubungannya dengan orang lain. Dalam komunikasi bisnis dan hubungan personal, yang paling mempengaruhi bagaimana seseorang berinteraksi dengan orang lain adalah apa yang dipikirkannya tentang dirinya yaitu konsep diri.
Menjaga iklim organisasi yang positif sangatlah krusial. Suasana kerja yang menyenangkan dan harga diri yang terjaga adalah persyaratan utama untuk hubungan bisnis yang sukses. Kehadiran interaksi profesional dan produktif di lingkungan sangat penting untuk meningkatkan produktivitas tim. Sebagian besar hubungan terbentuk berdasarkan pemenuhan kebutuhan bersama, dan kebutuhan-kebutuhan ini menjadi faktor penting dalam perilaku orang di dalam suatu organisasi. Kebutuhan ini tercermin dalam cara orang-orang mengharapkan interaksi, pengendalian, dan perhatian dari orang lain serta harapan untuk memberikan hal yang sama kepada orang lain.
Unsur keterbukaan terletak pada cara penyampaian informasi, yaitu gaya komunikasi. Hal ini mencakup apakah informasi tersebut disampaikan secara personal dengan penuh perhatian atau melalui komunikasi antarindividu yang kurang peduli.
Setiap interaksi komunikasi mencakup dua aspek penting, yaitu dimensi tugas dan dimensi relasional. Dimensi tugas mencakup berbagai faktor yang terksit dengan informasi pekerjaan, seperti prosedur organisasi, rencana pemasaran, dan informasi lainnya yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas atau proyek tertentu.
Di sisi lain, dimensi relasional mencakup informasi yang berkaitan dengan interaksi interpersonal dan emosional, seperti status sosial dan kepercayaan. Penting untuk memahami kedua dimensi ini agar tujuan komunikasi dapat tercapai dan dapat terjalin hubungan interpersonal yang baik.
Kreps menjelaskan bahwa iklim organisasi adalah “keadaan emosi internal suatu organisasi yang didasarkan pada tingkat kepuasan para anggota organisasi satu sama lain dan dengan organisasi’. Iklim organisasi dapat mempunyai dampak yang signifikan terhadap produktivitas dan kesejahteraan karyawan. Hal ini dapat membawa dampak positif terhadap produktivitas, motivasi, dan kesejahteraan karyawan.
Tujuan Komunikasi Interpersonal dalam Bisinis
Ketika berkomunikasi dalam konteks bisnis, seseorang memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai, antara lain:
Ketika berinteraksi dengan orang lain, seseorang pasti memiliki berbagai tujuan dan harapan. Salah satu tujuan tersebut adalah untuk menyampaikan informasi kepada orang lain agar mereka mengetahui suatu hal.
Melalui komunikasi interpersonal, selain berbagi informasi, kita juga bisa saling berbagi pengalaman kepada orang lain terkait hal-hal yang telah dilewati.
Simpati adalah sebuah sikap positif yang berasal dari ketulusan hati untuk merasakan beban penderitaan, kecelakaan, kesedihan, dan kesengsaraan yang dialami oleh orang lain. Salah satu cara untuk menumbuhkan simpati pada seseorang adalah dengan melakukan komunikasi yang baik.
Salah satu tujuan dari komunikasi interpersonal adalah untuk menjalin kerja sama antara individu dengan individu lainnya guna mencapai tujuan tertentu yang menguntungkan kedua belah pihak.
Seseorang dapat menggunakan komunikasi interpersonal untuk mengungkapkan perasaan kecewa atau tidak puas pada orang lain. Komunikasi interpersonal bukan hanya sebagai bentuk pengungkapan perasaan, tetapi juga sebagai sarana untuk mencari jalan keluar atau alternatif solusi atas masalah yang sedang dihadapi.
Dengan menggunakan komunikasi interpersonal dapat mempengaruhi orang lain agar bertindak positif. Motivasi didorong dari dalam diri atau oleh orang lain dengan berbagai cara.
Komunikasi Interpersonal yang efektif dalam Bisnis
Hubungan interpersonal yang baik adalah kunci penting dalam komunikasi efektif. Jika hubungan antara komunikator dan penerima pesan rusak, meskipun pesan dipahami, komunikasi bisa gagal. Menurut Anita Taylor, hubungan interpersonal adalah unsur terpenting dalam komunikasi interpersonal.
Untuk menumbuhkan dan meningkatkan hubungan interpersonal, diperlukan peningkatan kualitas dalam berkomunikasi. Ada beberapa faktor yang memeranguhi komunikasi interpersonal terutama dalam bisnis, yaitu:
Seseorang akan lebih mudah membuka diri ketika ia merasa yakin bahwa ia tidak akan mengalami kerugian atau pengkhianatan dari orang lain. Kepercayaan pada orang lain dapat tumbuh jika terdapat beberapa faktor sebagai berikut:
Perilaku suportif turut berperan dalam meningkatkan kualitas komunikasi. Beberapa ciri perilaku suportif diantaranya:
Sikap terbuka mencakup berbagai kemampuan seperti kemampuan mengevaluasi secara obyektif, kemampuan fokus pada inti permasalahan, kemampuan mencari informasi dari berbagai sumber, kesediaan untuk mengubah pandangan, serta kemampuan bersikap profesial, dan lain sebagainya.
Kemampuan Komunikasi Interpersonal yang Harus Dimiliki oleh Seorang Pengusaha
Kemampuan berkomunikasi dari seorang pemimpin bisnis atau pengusaha menjadi salah satu faktor yang menentukan keberhasilan bisnis atau usahanya. Tidak hanya sebatas berbicara dan mendengarkan, komunikasi memerlukan keterampilan yang efektif agar para pemimpin bisnis dapat memahami situasi dengan benar dan menghemat waktu serta uang. Interaksi yang baik dapat menciptakan citra perusahaan yang positif dan membangun hubungan yang lebih baik, sehingga dapat meningkatkan kinerja bisnis dan menguntungkan perusahaan. Ada beberapa kemampuan berkomunikasi interpersonal yang perlu dimiliki oleh sesorang pemimpin bisinis atau pengusaha, diantaranya:
Mendengarkan merupakan bagian integral dari proses komunikasi, tetapi tidak terbatas pada sekadar mendengar suara. Hal ini melibatkan penerimaan pesan dan penyerapan informasi yang sesuai dengan tujuan atau harapan. Kemampuan untuk mendengarkan dengan baik sangat penting untuk mencapai pemahaman yang akurat terhadap informasi yang diterima. Jika seseorang tidak memiliki kemampuan mendengarkan yang baik, maka akan sulit untuk memperoleh kesimpulan dari informasi yang diberikan. Kurangnya kemampuan mendengarkan dapat menyebabkan konflik dalam berbagai konteks.
Menguasai informasi kunci untuk kesuksesan, baik pribadi maupun profesional. Hal ini melibatkan kemampuan memahami pesan, memenuhi kebutuhan orang lain, dan menganalisis informasi. Keahlian ini penting dalam hubungan sosial dan bisnis, membantu memahami pasar dan memenuhi kebutuhan klien. Menguasai informasi memberikan keunggulan dalam mencapai kesuksesan.
Tujuan mendengar dan memahami informasi adalah berkomunikasi yang efektif. Keterampilan mendengar yang baik memperbaiki hubungan dan membantu dalam pemasaran serta membentuk jaringan pertemanan yang luas. Keterampilan ini penting untuk sukses berkomunikasi dan berbisnis.
Pemberian umpan balik bertujuan memberikan informasi kepada seseorang tentang dampak perilakunya terhadap orang lain. Terkadang, ketika diminta untuk memberikan umpan balik, banyak orang yang lebih memilih untuk diam. Memberikan umpan balik adalah tentang memahami informasi yang disampaikan dan peduli terhadap orang lain.
Persuading atau membujuk adalah suatu bentuk komunikasi yang bertujuan untuk meyakinkan orang lain agar dengan rela mau mengikuti kehendak kita. Seorang pemimpin yang baik akan memperhatikan kebutuhan dan emosi orang lain sebagai langkah awal untuk mempengaruhi mereka. Oleh karena itu, keterampilan interpersonal yang baik sangat penting untuk dimiliki. Komunikasi persuasif dan mempengaruhi dapat efektif ketika pemimpin menggunakan cara dan sikap yang tepat.
Gaya Kepemimpinan dalam Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal dalam bisnis berkaitan erat dengan kepemimpinan. Kepemimpinan memengaruhi sikap dan perilaku bawahan. Kepemimpinan melibatkan manajer, karyawan, dan situasi kerja. Penting bagi manajer dan karyawan menjaga komunikasi yang baik. Menurut Ludhlow terdapat empat gaya kepemimpinan yang dapat diterapkan dalam situasi yang berbeda, antara lain:
Pada situasi di mana karyawan berpengalaman dalam tugas yang rumit, kepemimpinan pengarahan efektif membutuhkan penjelasan jelas tentang apa yang harus dilakukan, bagaimana, dan berapa lama.
Karyawan dengan pengalaman dan motivasi tinggi memungkinkan gaya kepemimpinan pembekalan efektif. Pemimpin harus memberikan penjelasan yang sesuai dengan kebutuhan karyawan namun tidak terlalu detail.
Dalam situasi di mana karyawan menguasai teknik yang dibutuhkan dan berhubungan baik dengan pemimpin, gaya kepemimpinan dukungan cocok digunakan. Pemimpin terlibat dalam pengambilan keputusan dan mendapat masukan dari karyawan demi meningkatkan kinerja.
Ketika karyawan telah memahami tugas pekerjaan dengan baik, dapat menggunakan gaya kepemimpinan pendelegasian yang tepat. Namun, pemimpin tetap harus memantau kinerja agar standar terpenuhi. Kemampuan berkomunikasi interpersonal penting bagi pemimpin dalam bisnis atau usaha.
Komunikasi Interpersonal dalam Customer Relationship Management
Perusahaan dapat memperoleh informasi tentang tingkat kepuasan, loyalitas, dan reputasi perusahaan di mata pelanggan atau masyarakat melalui hubungan yang baik dengan mereka. Customer Relationship Management , menurut Haryati didefinisikan sebagai serangkaian aktivitas sistematis yang dikelola untuk lebih memahami, menarik perhatian, dan mempertahankan loyalitas pelanggan yang paling menguntungkan dengan tujuan mencapai pertumbuhan perusahaan yang sehat.
Menurut Rigby, Reichheld, dan Schefter (2002) dalam bukunya mengenai konsep CRM, pelanggan menginginkan pemahaman yang baik dari perusahaan, pemenuhan ekspektasi yang diinginkan, serta perlakuan yang ekslusif dan individualistik. Untuk mencapai hal ini, perusahaan perlu melakukan komunikasi interpersonal dengan pelanggan untuk memahami karakteristik, kebutuhan, dan ekspektasi mereka. Komunikasi interpersonal dianggap penting dalam konsep CRM karena memungkinkan perusahaan untuk membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan melalui interaksi langsung seperti panggilan telepon, email, atau pertemuan tatap muka.
Komunikasi interpersonal penting dalam hubungan perusahaan dan pelanggan. Terjadi saat pelanggan mengeluh dan perusahaan merespon dengan pemecahan masalah. Interaksi juga terjadi saat pelanggan bertransaksi dengan perusahaan, termasuk pemenuhan kebutuhan, negosiasi, dan pemberian simpati. Komunikasi sopan, ramah, dan cepat meningkatkan kepuasan pelanggan.
Model Model Customer Relationship Management
Francis Buttle menciptakan sebuah model yang disebut Model CRM Value Chain yang terdiri dari 5 tahap utama yang harus dilalui: analisis portofolio pelanggan, kedekatan dengan pelanggan, pengembangan jaringan, pengembangan proposisi nilai, dan pengelolaan siklus hidup pelanggan. Selain itu, terdapat juga 4 kondisi pendukung yang harus terpenuhi, yaitu kepemimpinan dan budaya, data dan teknologi informasi, sumber daya manusia, serta proses. Dengan mengikuti lima tahap utama dan memperhatikan keempat kondisi pendukung tersebut, strategi CRM dapat berfungsi dengan efektif dan efisien.
The Customer Framework, Inc adalah perusahaan konsultan yang mengembangkan model QCi atau Quantity Competitive Index. Model ini terdiri dari delapan elemen utama, yaitu perencanaan dan analisis, proposisi, informasi dan teknologi, sumber daya manusia dan organisasi, manajemen proses, kegiatan manajemen pelanggan, pengukuran dampak, dan pengalaman pelanggan. Model ini menempatkan kegiatan manajemen pelanggan sebagai fokus utama di tengah-tengah model, dengan sumber daya manusia dan organisasi sebagai pendukung proses. Dengan demikian, QCi Model lebih menekankan pada aspek hubungan pelanggan dalam praktik CRM.
Pada tahun 2005, Profesor Adrian Payne dan Pennie Frow mengembangkan sebuah model dengan tujuan untuk mengidentifikasi proses generik utama yang berkaitan dengan CRM. Model ini dirancang setelah mengadakan workshop bersama 34 praktisi CRM berpengalaman, melakukan wawancara dengan 20 perwakilan perusahaan pengguna CRM, dan 6 eksekutif dari perusahaan vendor teknologi CRM. The Strategic Framework for CRM yang kemudian dikenal dengan The Five-Process Model menggambarkan 5 proses inti dalam CRM, yaitu:
a.Proses Pengembangan Strategi
b. Proses Penciptaan Nilai
c. Proses Integrasi Multi Saluran
d. Proses Manajemen Informasi
e. Proses Penilaian Kinerja
CRM harus dipandang sebagai rangkaian proses strategis yang dimulai dengan melakukan tinjauan terperinci atas strategi perusahaan (Proses Pengembangan Strategi) dan berakhir dengan evaluasi kinerja untuk meningkatkan profit dan nilai bagi pemegang saham (Proses Penilaian Kinerja). Konsep bahwa keunggulan kompetitif dimulai dari penciptaan nilai bagi pelanggan dan perusahaan (Proses Penciptaan Nilai) merupakan kunci sukses dalam membangun hubungan pelanggan. CRM melibatkan pengumpulan dan pemanfaatan data pelanggan dan data lain yang relevan (Proses Manajemen Informasi) untuk membangun hubungan pelanggan yang unggul dan meningkatkan kepuasan pelanggan pada setiap saluran interaksi antara pelanggan dan perusahaan (Proses Integrasi Multi Saluran). Proses Pengembangan Strategi dan Proses Penciptaan Nilai mewakili strategic CRM, Proses Integrasi Multi Saluran mewakili operational CRM, Proses Penilaian Kinerja dan Proses Manajemen Informasi mewakili analitycal CRM.
Proses Pengembangan Strategi merupakan tahapan pertama yang sangat signifikan dalam model The Five-Process Model. Tahap ini tidak hanya membentuk dasar dari empat tahap CRM lainnya, tetapi lebih pentingnya lagi, tahap ini juga menentukan tujuan dan parameter keseluruhan untuk aktivitas CRM perusahaan. Proses Pengembangan Strategi mencakup Strategi Bisnis dan Strategi Pelanggan. CRM menciptakan keunggulan kompetitif dengan cara menciptakan nilai atau manfaat bagi pelanggan dan perusahaan. Ada tiga elemen penting dalam Proses Penciptaan Nilai, yaitu menentukan nilai yang diterima pelanggan, yang merupakan nilai yang diberikan oleh perusahaan kepada pelanggan; menentukan nilai yang diterima oleh organisasi, yang merupakan nilai yang diperoleh perusahaan dari pelanggan; dan ketika pertukaran nilai ini dikelola dengan baik, maka dapat memaksimalkan nilai berkelanjutan dari segmen pelanggan yang ditargetkan.
Pada Proses Integrasi Multi Saluran, CRM mengembangkan hubungan pelanggan yang superior di setiap titik interaksi antara pelanggan dan perusahaan. Untuk menciptakan hubungan pelanggan yang kuat, perusahaan dan pelanggan perlu memiliki komunikasi, interaksi, dan akses yang andal dan siap untuk saling berhubungan. Oleh karena itu, memastikan bahwa kontak dua arah yang efektif dan efisien dengan pelanggan menjadi prioritas utama untuk CRM yang sukses. Proses Integrasi Multi Saluran sangat penting dalam CRM karena mengambil output dari Proses Pengembangan Strategi dan Proses Penciptaan Nilai, kemudian menerapkannya ke dalam interaksi dengan pelanggan.
Komunikasi Intrapersonal di Tempat Kerja
Terjadinya komunikasi dua arah begitu penting agar dapat memastikan bahwa pesan yang disampaikan telah sampai ke sasarannya. Untuk memudahkan proses komunikasi antara atasan-bawahan, bawahan-atasan, atau komunikasi horizontal, penting untuk memahami situasi dan diperlukan penggunaan berbagai bentuk komunikasi seperti lisan, tulisan, isyarat, lambing, dan tanda-tanda oleh komunikator agar dapat dimengerti dan dipahami oleh komunikan. Menurut Muhammad terdapat tiga bentuk komunikasi interpersonal di internal perusahaan yaitu:
Sebuah bentuk komunikasi yang bermula dari atasan ditujukan kepada bawahan. Terdapat beberapa tipe-tipe dari bentuk komunikasi ke bawah, yang diklasifikasikan sebagai berikut:
Sebuah bentuk komunikasi yang bergerak dari bawahan kepada atasan. Pesan yang disampaikan dapat berupa laporan pelaksanaan pekerjaan, keluhan karyawan, sikap dan perasaan karyawan, pengembangan prosedur dan teknik, serta terkait produksi dan hasil yang telah dicapai. Komunikasi ke atas menjadi salah satu faktor penting karena jika komunikasi ke atas terhambat, bisa jadi atasan kurang menyadari dan memahami secara tepat keadaan organisasi. Komunikasi ke atas memiliki beberapa fungsi diantaranya:
Komunikasi horizontal adalah komunikasi yang dilakukan antara departemen atau bagian dalam organisasi yang memiliki tingkat kerja yang saling berkaitan dan berlangsung secara formal atau informal untuk menghemat waktu dan memudahkan koordinasi. Hal ini bertujuan untuk mempercepat tindakan dalam pembagian struktur kerja. Adapun beberapa tujuan komunikasi horizontal diantaranya:
Dalam organisasi atau perusahaan, proses komunikasi interpersonal memiliki peran penting dalam tujuan organisasi dan kerja sama antaranggota. Untuk menciptakan kerja sama yang harmonis, proses komunikasi interpersonal harus dilakukan dengan penuh pengertian dan kerja sama yang baik. Tanpa proses komunikasi yang baik, tidak mungkin organisasi atau perusahaan dapat berjalan dengan lancar.
Pentingnya Komunikasi Interpersonal di Tempat Kerja
Setelah memahami apa itu komunikasi interpersonal, langkah selanjutnya adalah memahami pentingnya komunikasi interpersonal di tempat kerja. Terdapat beberapa alasan mengapa komunikasi interpersonal begitu penting di tempat kerja, antara lain:
Komunikasi interpersonal di tempat kerja berperan penting dalam menyelesaikan masalah. Pertukaran ide dan informasi antarkaryawan diharapkan membantu staf dalam mencari solusi secara bersama-sama. Kesepakatan dan implementasi solusi dapat terjadi melalui komunikasi interpersonal.
Komunikasi interpersonal penting dalam menyelaraskan pekerjaan dan pemahaman pegawai dengan tujuan bisnis. Setiap bagian perusahaan harus berkomunikasi dengan kolaboratif agar tujuan bisnis dapat tercapai.
Komunikasi interpersonal di tempat kerja melibatkan interaksi antara dua orang atau lebih untuk menyampaikan dan memahami informasi. Hal ini dapat membentuk kepercayaan dan kesepahaman antarpegawai.
Komunikasi interpersonal dapat memungkinkan manajemen yang terus berkembang di tempat kerja. Penting bagi manajer untuk berkomunikasi secara interpersonal dengan pegawai di suatu departemen agar manajemen tidak stagnan. Dengan saling berkomunikasi, manajer dan pegawai dapat menyesuaikan strategi bisnis yang akan diambil dalam jangka waktu tertentu dan meningkatkan kinerja para pegawai.
Budaya perusahaan membentuk perilaku karyawan. Komunikasi interpersonal penting untuk memahami budaya perusahaan. Pegawai baru dapat memahami budaya perusahaan secara bertahap tanpa pelatihan khusus sebelum bekerja.
Pentingnya komunikasi interpersonal bagi karyawan dalam lingkungan kerja agar dikenal dan gagasan mereka dapat diserap oleh perusahaan, yang dapat berdampak pada kinerja dan kualitas diri yang tidak terlihat oleh orang lain.
Persepsi yang tidak saling sesuai dapat menyebabkan miskomunikasi. Hambatan dalam komunikasi interpersonal seperti kesalahpahaman atau perbedaan persepsi perlu diatasi dengan membangun komunikasi secara bertahap. Hal ini penting untuk mencapai kesesuaian persepsi dalam jangka waktu tertentu.
Hubungan interpersonal di tempat kerja penting untuk membangun hubungan personal dan mempengaruhi kinerja tim serta efektivitas operasional perusahaan melalui komunikasi yang tepat.
Seorang manajer atau supervisor perusahaan harus memiliki kemampuan komunikasi interpersonal yang efektif untuk memimpin karyawan, mencapai tujuan bisnis, menyelesaikan konflik, dan mendukung ide-ide baru.
Komunikasi interpersonal yang efektif dapat meningkatkan keberhasilan karyawan dan memungkinkan ide-ide mereka untuk disampaikan dengan baik. Kurangnya komunikasi dapat menghambat pertumbuhan dan pengembangan bakat karyawan.
Komunikasi interpersonal penting dalam menangani konflik di departemen atau perusahaan. Diskusi terbuka diperlukan untuk memahami masalah dan mencari solusi melalui rekonsiliasi atau penyelesaian konflik yang tepat.
Beberapa sektor industri memiliki bagian yang bekerja secara remote atau jarak jauh. Meskipun jarak jauh, komunikasi interpersonal tetap penting agar pekerja dapat menyesuaikan kinerjanya dan menghindari miskomunikasi serta kesalahpahaman.
Kemampuan komunikasi interpersonal sangat berpengaruh terhadap pengembangan karier karyawan di perusahaan. Karyawan yang memiliki kemampuan ini dapat berinteraksi secara efektif dalam rapat dan strategi, meningkatkan kemungkinan perkembangan karier yang positif.
Dalam krisis, kepercayaan diri karyawan menurun akibat kegagalan strategi bisnis atau krisis ekonomi. Mengatasi dengan komunikasi antarkaryawan penting untuk manajemen krisis yang lebih baik, ketenangan, dan fokus kerja.
Proses komunikasi interpersonal yang efektif dalam mengatasi krisis sangat penting bagi keberlangsungan perusahaan dalam menghadapi tekanan dan tantangan yang dihadapi. Komunikasi interpersonal memainkan peran penting dalam lingkungan kerja karena hampir mustahil untuk melakukan tugas tanpa adanya komunikasi. Setiap tugas akan menjadi lebih efektif dan efisien jika terdapat pertukaran ide atau informasi antara berbagai pihak. Oleh karena itu, komunikasi interpersonal amatlah penting untuk dilakukan dalam lingkungan kerja.